Hal-Hal Yang Harus Diketahui Oleh Muadzin
Doaharianislami.com - Muadzin adalah orang yang bertugas untuk mengumandangkan Adzan. Tugas seorang adalah tugas yang mulia dan bermanfaat bagi orang banyak karena mengingatkan orang yang lupa, orang yang sedang berkerja, orang yang sedang bepergian maupun kegiatan lainnya bahwa waktu shalat telah tiba.
Mengingat besarnya manfaat adzan Allah Swt memberikan ganjaran berupa ampunan dosa bagi orang yang mengumandangkan adzan. hal tersebut di jelaskan dalam sebuah hadit berikut ini:
"Seorang muadzin akan diampuni sejauh suara adzan yang ia kumandangkan. Setiap (benda) yang basah dan kering akan memintakan ampun untuknya. Sedangkan orang yang menghadiri shalat jama'ah akan dituliskan dua puluh lima kebaikan baginya dan dosa antara dua shalat akan diampuni karenanya." (HR. Ibnu Majah)
Selain dari hadist diatas dalam hadist lain juga disebutkan bahwa seorang muadzin memiliki kedudukan yang istimewa di akhirat. kedudukan istimewa tersebut di dapatkan melalui hasil kerja kerasnya selama didunia karena mengumandangkan adzan untuk mengingatkan orang-orang bahwa waktu shalat telah tiba. Mu'awiyah bin Abi Sufyan pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda:
"Muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya di akhirat kelak." (HR. Ibnu Majah)
Yang dimaksud dengan "panjang leher" dapat diartikan itu berarti kedudukan seorang muadzin di posisikan sebagai pemimpin di akhirat kelak, sebab orang arab biasa mengunakan kata "panjang leher" sebagai tamsil pemimpin. Sementara Ibnul 'Arabi berpendapat, maknanya ialah orang yang paling banyak amalannya.
Baca juga : Bacaan Lafadz Adzan dan Iqomat Lengkap
Bagi seorang muadzin tentu saja ada beberapa hal yang harus diketahui, berikut ini adalah hal-hal yang harus diketahui oleh seorang Muadzin:
3. Seorang Muadzin harus orang yang benar-benar mengetahui waktu shalat dan orang yang dipercaya supaya adzan dapat dikumandangkan pada awal waktu.
4. Hendaklah Muadzin membaca adzan dengan tartil dengan cara melambatkan bacaan adzan dan mempercepat bacaan iqomah.
5. Muadzin suci dari hadas besar dan hadas kecil. Menurut ulama syafi'iyah Muadzin yang tidak dalam keadaan suci hukumnya sah tetapi makruh. menurut ulama Hanafiyah, Imam Ahmad dan lain-lain, bahwa Muadzin yang tidak dalam keadaan suci hukumnya sah dan tidak makruh.
6. Badan dan pakaian Muadzin harus suci dari najis.
7. Hendaklah Muadzin berdiri di suatu tempat yang tinggi agar lebih dapat didengar oleh orang banyak. Jika ditempat Adzan terdapat pengeras suara, maka Muadzin hendaknya menggunakan pengeras suara tersebut.
8. Pada saat mengumandangkan adzan dan iqomah Muadzin menghadap kiblat. Hal ini di katakan juga oleh Ibnu Mundzir bahwa menghadap kiblat ketika adzan adalah termasuk sunah, karena semua Muadzin Rasulullah saw ketika adzan menghadap kiblat. Jika Muadzin melaksanakan adzan tidak menghadap kiblat, adzannya tetap sah tetapi makruh.
9. Hendaklah Muadzin memalingkan muka, leher dan dada ke kanan ketika membaca Hayya alashsolah dan memalingkannya ke kiri ketika membaca Hayya alalfalah. Berikut ini adalah bunyi hadistnya.
10. Hendaklah Muadzin memasukan dua anak jari ke dalam dua telinganya ketika membaca Adzan.
11. Muadzin mengeraskan suaranya walaupun dalam keadaan sendirian.
12. Muadzin tidak berbicara ketika sedang adzan dan iqomah.
13. Hendaklah Muadzin mengucapkan Ashalatu khairum minannaum 2 kali pada adzan subuh.
14. Muadzin membaca iqomah ketika imam telah masuk di masjid atau mushala untuk mendirikan shalat. Jika imam telah tiba di masjid ketika adzan sedang di kumandangkan, maka Muadzin menunggu isyarat imam.
15. Hendaklah Muadzin memberi jarak antara adzan dan iqomah untuk memberi kesempatan kepada orang-orang yang ingin shalat berjama’ah. Perlu kita ketahui bahwa di syariatkan adzan adalah untuk keperluan ini dan kalau tidak demikian akan percuma keberadaan adzan.
16. Hendaklah Muadzin yang megumandangkan adzan juga yang melakukan iqomah. Tetapi boleh juga iqomah di bacakan oleh orang lain.
17. Setelah Muadzin melakukan adzan maupun iqomah, hendaknya membaca doa setelah adzan maupun iqomah.
Baca Juga : Doa setelah adzan dan iqomah beserta terjemahnya
Mengingat besarnya manfaat adzan Allah Swt memberikan ganjaran berupa ampunan dosa bagi orang yang mengumandangkan adzan. hal tersebut di jelaskan dalam sebuah hadit berikut ini:
"Seorang muadzin akan diampuni sejauh suara adzan yang ia kumandangkan. Setiap (benda) yang basah dan kering akan memintakan ampun untuknya. Sedangkan orang yang menghadiri shalat jama'ah akan dituliskan dua puluh lima kebaikan baginya dan dosa antara dua shalat akan diampuni karenanya." (HR. Ibnu Majah)
Selain dari hadist diatas dalam hadist lain juga disebutkan bahwa seorang muadzin memiliki kedudukan yang istimewa di akhirat. kedudukan istimewa tersebut di dapatkan melalui hasil kerja kerasnya selama didunia karena mengumandangkan adzan untuk mengingatkan orang-orang bahwa waktu shalat telah tiba. Mu'awiyah bin Abi Sufyan pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda:
"Muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya di akhirat kelak." (HR. Ibnu Majah)
Yang dimaksud dengan "panjang leher" dapat diartikan itu berarti kedudukan seorang muadzin di posisikan sebagai pemimpin di akhirat kelak, sebab orang arab biasa mengunakan kata "panjang leher" sebagai tamsil pemimpin. Sementara Ibnul 'Arabi berpendapat, maknanya ialah orang yang paling banyak amalannya.
Baca juga : Bacaan Lafadz Adzan dan Iqomat Lengkap
Bagi seorang muadzin tentu saja ada beberapa hal yang harus diketahui, berikut ini adalah hal-hal yang harus diketahui oleh seorang Muadzin:
Hal-Hal Yang Harus Diketahui Oleh Seorang Muadzin
1. Hendaklah Muadzin menunaikan tugas mengumandangkan Adzan dan iqomah dengan suka rela bukan karena di beri imbalan atau menerima bayaran.
2. Hendaklah orang yang mengumandangkan Adzan suaranya nyaring dan bagus agar dapat didengar oleh orang banyak dan enak didengar.
3. Seorang Muadzin harus orang yang benar-benar mengetahui waktu shalat dan orang yang dipercaya supaya adzan dapat dikumandangkan pada awal waktu.
4. Hendaklah Muadzin membaca adzan dengan tartil dengan cara melambatkan bacaan adzan dan mempercepat bacaan iqomah.
5. Muadzin suci dari hadas besar dan hadas kecil. Menurut ulama syafi'iyah Muadzin yang tidak dalam keadaan suci hukumnya sah tetapi makruh. menurut ulama Hanafiyah, Imam Ahmad dan lain-lain, bahwa Muadzin yang tidak dalam keadaan suci hukumnya sah dan tidak makruh.
6. Badan dan pakaian Muadzin harus suci dari najis.
7. Hendaklah Muadzin berdiri di suatu tempat yang tinggi agar lebih dapat didengar oleh orang banyak. Jika ditempat Adzan terdapat pengeras suara, maka Muadzin hendaknya menggunakan pengeras suara tersebut.
8. Pada saat mengumandangkan adzan dan iqomah Muadzin menghadap kiblat. Hal ini di katakan juga oleh Ibnu Mundzir bahwa menghadap kiblat ketika adzan adalah termasuk sunah, karena semua Muadzin Rasulullah saw ketika adzan menghadap kiblat. Jika Muadzin melaksanakan adzan tidak menghadap kiblat, adzannya tetap sah tetapi makruh.
9. Hendaklah Muadzin memalingkan muka, leher dan dada ke kanan ketika membaca Hayya alashsolah dan memalingkannya ke kiri ketika membaca Hayya alalfalah. Berikut ini adalah bunyi hadistnya.
"Berkata Abu Juhaifah: Ketika Bilal Adzan kuikuti mulutnya ke sana dan kemari yakni ke kanan dan ke kiri sewaktu membaca hayya alashsholah dan hayya alalfalah."(H.R Ahmad, Bukhari dan Muslim)
10. Hendaklah Muadzin memasukan dua anak jari ke dalam dua telinganya ketika membaca Adzan.
11. Muadzin mengeraskan suaranya walaupun dalam keadaan sendirian.
12. Muadzin tidak berbicara ketika sedang adzan dan iqomah.
13. Hendaklah Muadzin mengucapkan Ashalatu khairum minannaum 2 kali pada adzan subuh.
14. Muadzin membaca iqomah ketika imam telah masuk di masjid atau mushala untuk mendirikan shalat. Jika imam telah tiba di masjid ketika adzan sedang di kumandangkan, maka Muadzin menunggu isyarat imam.
15. Hendaklah Muadzin memberi jarak antara adzan dan iqomah untuk memberi kesempatan kepada orang-orang yang ingin shalat berjama’ah. Perlu kita ketahui bahwa di syariatkan adzan adalah untuk keperluan ini dan kalau tidak demikian akan percuma keberadaan adzan.
16. Hendaklah Muadzin yang megumandangkan adzan juga yang melakukan iqomah. Tetapi boleh juga iqomah di bacakan oleh orang lain.
"Dari Ziyad bin Al-Harist ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: Siapa yang melakukan adzan, maka ia pula yang melakukan iqomah." (H.R Tirmidzi).
17. Setelah Muadzin melakukan adzan maupun iqomah, hendaknya membaca doa setelah adzan maupun iqomah.
Baca Juga : Doa setelah adzan dan iqomah beserta terjemahnya
Nah itulah beberapa hal yang harus diketahui oleh seorang muadzin. tugas seorang muadzin memang sangat mulia dan mendapatkan banyak pahala, karena telah mengingatkan banyak orang untuk mengerjakan sholat. jadi jangan malu jika diminta untuk mengumandangkan adzan. semoga bisa bermanfaat.